KKN REKOGNISI BERBAUR DALAM SEBUAH PENGAKUAN CATATAN HARIAN MAHASISWA PRODI ILMU HADIS

Fushpi Melesat (10/02/2025) – Cahaya temaram berbalut kabut tipis, sisa hujan tadi sore menyeruak di jalanan desa itu. Suasana lembab dan sedikit dingin cukup menggigit. Aliran air Sungai Ogan mengalun pelan, menggumpal memberi warna kegelapan. Pantulan cahaya lampu memantul menciptakan suasana berbeda. Rumah-rumah panggung dipinggir sungai, kerlap kerlip menyemburatkan cahaya listrik dari sela jendela. Sekilas papan nama bertuliskan Desa Sakatiga, terlihat di ketemaraman. Hari ini adalah hari kesekian dari “perjalanan ilmiah” mahasiswa Program Studi Ilmu Hadis yang sejak tanggal 20 Januari hingga 23 Februari 2025 melakukan KKN Rekognisi dengan semangat memberikan kontribusi nyata bagi Masyarakat.

KKN orang menyebutnya, KKN Rekognisi judul yang diberikan. Ini memang berbeda dari pelaksanaan KKN yang selama ini dikenal. Memang masih ada yang berpusat di desa, tapi sudah ada “gawean” yang jelas yang akan dilakukan. Ada pengakuan (rekognisi) yang dituntut dari sini. Pengakuan atas aktifitas pengabdian.“Anak KKN, ya?” seorang bapak bertanya sambil tersenyum saat kami melintas memasuki Masjid. Hangat dan bersahabat sekali. Ada rasa lega dari sapaan itu, minimal rasa bahwa kami cukup diterima oleh masyarakat.

Desa Sakatiga di Kabupaten Ogan Ilir, Sumsel, selama ini terkenal sebagai daerahnya para santri. Daerah religius sebutannya, banyak ulama muncul dari sekitar wilayah ini. Oleh karena itu, aktifitas-aktifitas keagamaan sangat kental terasa di daerah yang didominasi perairan rawa ini.Tentu saja kehadiran kami, para mahasiswa KKN Rekognisi dari sebuah institusi pendidikan tinggi Islam, bukan hal baru bagi masyarakat. Banyak warga yang juga kuliah di UIN, bahkan tidak sedikit yang berprofesi sebagai dosen. Mungkinkah kami akan menjadi rombongan yang ibarat menggarami air laut? Tidak akan ada bekasnya?Rekognisi, itulah yang kami coba tawarkan. Mencari celah-celah ruang kosong yang bisa diisi, dan aktifitas itulah yang akan kami klaim sebagai pengakuan atas KKN yang dilakukan.

Begitupun, saat digelar peringatan Isra’ Mi’raj Nabi Besar Muhammad SAW di desa ini, kami mencoba melakukan sesuatu yang berbeda. Bukan sekedar hadir dalam peringatannya, mendengarkan ceramah, tapi mencari sisi lain.Kehadiran bukan sekadar formalitas, tetapi juga wujud nyata dari pengabdian kepada masyarakat. Kami tidak hanya menjadi peserta, tetapi juga turut membantu dalam berbagai aspek acara, seperti persiapan tempat, koordinasi acara, hingga berinteraksi langsung dengan warga. Kehangatan yang terjalin antara mahasiswa dan masyarakat mencerminkan nilai-nilai gotong royong yang semakin jarang ditemui di era modern ini.Di sisi lain, keikutsertaan mahasiswa dalam acara keagamaan ini juga menjadi bentuk pembelajaran sosial yang berharga. Selain itu, KKN Rekognisi menjadi wahana bagi mahasiswa untuk menerapkan nilai-nilai kebersamaan dalam kehidupan sehari-hari. Dengan terlibat langsung dalam kehidupan masyarakat, kami belajar bekerja sama, berbagi pengalaman, serta memahami kebutuhan dan harapan warga. Hal ini memperkuat rasa persatuan dan kebersamaan dalam membangun lingkungan yang lebih baik.

Keberlanjutan program KKN tidak hanya berdampak pada pembangunan desa, tetapi juga pada pembentukan karakter mahasiswa. Dengan memahami realitas sosial secara langsung, kami dapat mengembangkan kepekaan sosial, kepemimpinan, serta rasa empati yang tinggi. Sementara itu, masyarakat juga mendapatkan manfaat dari ide-ide inovatif yang dibawa oleh mahasiswa. Kebersamaan antara mahasiswa dan masyarakat dalam KKN Rekognisi merupakan bukti bahwa sinergi akademik dan sosial dapat berjalan seiring dalam membangun perubahan positif. Melalui keterlibatan aktif dan sikap saling menghargai, program ini akan terus menjadi jembatan bagi generasi muda dalam mewujudkan masa depan yang lebih baik dan berkelanjutan. Mereka tidak hanya mendapatkan ilmu akademik di bangku kuliah, tetapi juga memahami bagaimana masyarakat desa menjaga tradisi keagamaannya. Hal ini membuktikan bahwa pendidikan tidak hanya berbasis teori, tetapi juga perlu diimplementasikan dalam kehidupan nyata.

Satu persatu jamaah Masjid meninggalkan halamannya. Deretan sandal yang tadi penuh, satu persatu mulai menyusut. Cahaya lama mulai dipadamkan, sementara rintik hujanpun mulai turun. Kami beranjak menuju lokasi menginap. Bukan kami sebut Posko, tapi tempat hidup sementara. Pulang ke rumah kecil itu, dengan segudang isi kepala. Catatan harian apa yang akan kami tuliskan? Tindaklanjut apa yang akan kami lakukan besok harinya? Logbook KKN Rekognisi sudah menunggu untuk dituliskan (Mumtazah Azzahra)

REALATED TAGS

universitasislamnegeriradenfatah

uinradenfatahpalembang

uinradenfatah

ushuluddindanpemikiranislam

ilmuhadis

desasakatiga

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *