MENELUSURI LORONG WAKTU JEJAK ULAMA HADIS PALEMBANG: (Ziarah yang Menghidupkan Ingatan)

  Tanggal 12 Mei 2025 menjadi hari yang istimewa bagi kami, mahasiswa Program Studi Ilmu Hadis. Hari itu, bukan ruang kelas yang menjadi tempat belajar kami, melainkan tanah-tanah penuh sejarah yang menyimpan jejak para ulama besar Palembang. Di bawah bimbingan dosen, Ustadz Hafidhuddin Z. Abto, S.Ud., M.Ag., kami melaksanakan mata kuliah “Kitab Hadis Melayu” dalam bentuk ziarah ilmiah ke makam para ulama dan aulia yang berjasa dalam pengembangan kajian hadis di Bumi Sriwijaya.

Ziarah ini kami lakukan dengan menempuh empat rute utama. Rute pertama menuju Komplek Kawah Tengkurep, kemudian rute kedua ke Komplek Sultan Agung 1 Ilir, dilanjutkan ke kawasan 14-12 Ulu untuk rute ketiga, dan ditutup dengan rute keempat di Kertapati. Setiap tempat yang kami datangi bukan sekadar lokasi sejarah, tapi juga ladang doa, renungan, dan pembelajaran yang hidup.

Rute pertama kami awali dari Komplek Kawah Tengkurep. Di sini, kami berziarah ke makam para tokoh penting seperti Sultan Jaya Wikromo, Sayyid Abdurrahman Al-Aydrus, Syekh Kiagus Hasanudin bin Ja’far, dan Syekh Kiagus M. Sholeh. Melihat nama-nama besar ini langsung di atas pusara mereka memberi kesan yang mendalam, bahwa ilmu dan perjuangan para ulama tak lekang dimakan zaman. Mereka bukan hanya tokoh spiritual, tetapi juga pilar peradaban Islam di Palembang.

Perjalanan kami berlanjut ke rute kedua, yaitu Komplek Sultan Agung di 1 Ilir. Di tempat ini kami menziarahi makam KH. Abdullah Zawawi Izhom, seorang ulama kharismatik yang dikenal sebagai musnid dunia pada masanya, serta makam Sultan Agung Komaruddin Sri Truno, sosok pemimpin yang mencintai dan mendukung ulama. Di titik ini, kami belajar bahwa sejarah Islam tidak pernah berdiri sendiri ia tumbuh lewat sinergi antara ulama dan umara.

Rute ketiga membawa kami ke 14-12 Ulu, tempat dimakamkannya Syekh Abdullah Azhari. Beliau merupakan ulama besar yang dikenal memiliki sanad keilmuan yang kuat dan berkoneksi langsung dengan pusat keilmuan Islam dunia, Al-Azhar Mesir. Berziarah ke makam beliau adalah seperti menyentuh simpul jaringan ulama Nusantara dengan dunia Islam internasional.

Dan tibalah kami di rute keempat, menuju makam Kyai Marogan (Massagus H. Abdul Hamid) di Kertapati. Nama beliau sudah tidak asing lagi di Palembang, seorang ulama legendaris yang tidak hanya menyebarkan ilmu dan hadis, tapi juga membangun masyarakat dengan amal nyata, dari masjid, pesantren, hingga saluran irigasi. Di sini, kami merenung bahwa menjadi ulama bukan sekadar mengajar, tapi juga menggerakkan perubahan.

Ziarah ini bukan hanya tentang mengenang nama-nama besar. Ia adalah perjalanan untuk memahami bahwa ilmu yang kami pelajari hari ini berdiri di atas pengorbanan, perjuangan, dan keikhlasan para ulama terdahulu. Di bawah bimbingan Ustadz Hafidhuddin Z. Abto, kami tak hanya belajar sejarah, tapi juga belajar mencintai ilmu, mencintai ulama, dan mencintai tanggung jawab untuk melanjutkan warisan keilmuan yang agung ini.

 

Semoga ziarah ini menjadi bekal hati dan ilmu, agar kami bisa tumbuh bukan hanya sebagai mahasiswa hadis, tetapi sebagai pewaris semangat para ulama dalam menerangi zaman. (Hari Nur Efendi)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *